Tiongkok pernah dikenal sebagai Tanah Dewata. Nama yang mendalam ini menggambarkan suatu masa dalam sejarah kuno Tiongkok ketika para dewa dan manusia hidup berdampingan, dan berkeyakinan bahwa budaya manusia di Bumi yang kaya adalah sebuah warisan Dewa.
Selama ribuan tahun, Buddhisme, Taoisme, dan kepercayaan lainnya telah melekat di jantung masyarakat Tionghoa. Masyarakat menjalani hidup dengan prinsip-prinsip seperti kebajikan dan keadilan, kesopanan dan kebijaksanaan, hormat terhadap langit, dan balasan Dewa. Kaligrafi, musik, obat-obatan, pakaian, dan lain-lain konon merupakan hal-hal yang diturunkan dari langit.
Sayangnya, dalam 60 tahun sejak rezim komunis atheis berkuasa, ia telah memperlakukan nilai-nilai budaya tradisional Tiongkok – yang berpusat pada keharmonisan antara Langit dan Bumi – sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensinya. Rezim tersebut telah secara sistematis mencabut kepercayaan tradisional dan membawa 5.000 tahun peradaban tradisional ke jurang kepunahan.
Shen Yun menghidupkan kembali kebaijkan ini di seluruh dunia, dan membawa tradisi kuno ini hidup di atas panggung.