Pernahkan anda merasa tidak mampu melepaskan diri dari pemandangan bulan yang memikat di malam hari?
Sejak munculnya peradaban, manusia sudah menganggap bulan sebagai sesuatu yang misterius. Tak terhitung dongeng, puisi, dan takhayul tentang bulan, bahkan sampai mengirimkan manusia ke bulan hanya untuk memastikan ia bukan terbuat dari keju.
Jangan khawatir dengan apa yang terjadi, karena bulan purnama yang cerah akan terjadi minggu ini, tanda dimulainya liburan tradisi orang Tionghoa.
Setiap hari ke-15 dari bulan ke-delapan penanggalan lunar, bangsa Tionghoa selalu merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur atau zhong qiu jie, yang juga dikenal sebagai Festival Bulan.
Bermula pada 3000 tahun yang lalu, sebuah ritual keagamaan diadakan khusus untuk merayakan musim panen, dan telah menjadi liburan terbesar kedua setelah Tahun Baru Imlek. Itu merupakan saat bagi keluarga untuk berkumpul, hampir seperti hari Thanksgiving versi Tiongkok. Tahun ini kami ingin memberikan anda beberapa tips untuk merayakannya.
Membuat Kue Bulan Sendiri
Selain menjadi favorit lezat pada liburan kali ini, kue bulan dulu pernah menjadi kue persembahan untuk para dewa. Kue bulan yang bulat melambangkan kesatuan dari berkumpulnya keluarga, keharmonisan, dan keberuntungan. Itulah sebabnya mengapa mereka memotongnya menjadi irisan kecil untuk dibagi diantara teman dan keluarga.
Selain menjadi favorit untuk segala usia, kue bulan juga adalah salah satu yang paling sulit dibuat. Di zaman kuno, membuat satu kue bulan bisa memakan waktu sampai satu bulan! Namun sekarang, prosesnya jauh lebih mudah berkat cetakan dan oven. Namun jenisnya sudah makin beragam--mulai dari blueberry sampai sosis Tionghoa, setiap orang bisa mendapatkannya.
Untungnya bagi pemerhati kue bulan yang peduli kesehatan, anda bisa menemukan kue bulan yang memiliki lemak kurang dan tanpa bahan pengawet. Saat membuat kue bulan bila bisa melibatkan seluruh keluarga akan sangat menyenangkan, setiap orang bisa menambahkan rasa favoritnya masing-masing! (seperti kacang dan selai)
Buatlah Pesta Kostum Dengan Inspirasi Kisah Legenda
Tahun ini, ajaklah teman anda dalam pesta bertema Festival Bulan, dengan kostum tradisional untuk menghidupkan kembali legenda kuno. Tokoh yang paling terkenal dari semuanya adalah Chang’e, Sang Dewi Bulan.
Satu versi kisahnya seperti opera sabun kuno, seperti berikut:
Seorang dewi memberikan sebuah ramuan hidup abadi kepada Chang’e dan suaminya Houyi. Namun saat ingin meminum ramuan itu, sembilan burung pemakan bangkai tiba-tiba melayang di atas langit dan mengubah diri mereka menjadi sembilan matahari.
Bumi menjadi luar biasa panas, korban-korban mulai berjatuhan ke atas tanah. Dalam keadaan panik, Chang’e buru-buru meminum separuh dari ramuan itu, namun saat ingin memberikan sisanya kepada suaminya, botol tersebut terjatuh dan isi cairannya tumpah tak tersisa.
Untuk sesaat Houyi memikirkan nasib malangnya. Dia kemudian memutuskan untuk mengakhiri penderitaan manusia. Dengan mengambil busur dan anak panah, ia membidikan ke langit dan menembak satu-persatu matahari. Hingga hanya tersisa satu matahari. Bumi pun selamat.
Pada saat itulah ramuan mulai bekerja. Chang’e merasa dirinya terangkat naik keatas, semakin tinggi menuju ke langit. Melayang-layang di atas sana, dia memilih bulan sebagai tempat singgahnya karena di situlah yang paling dekat dengan buni, yang paling dekat dengan suaminya yang tercinta.
Saat ini, pada malam ke-15 bulan delapan dari kalender lunar, orang Tionghoa masih mengikuti tradisi Houyi dalam mengirim salam kepada Chang’e. Anda dapat melihat kecantikan wajahnya, tercetak di atas kotak Kue Bulan.
Jadi tahun ini, untuk mengganti suasana (dan juga membakar kalori kue bulan), hidupkan kembali kisah ini dengan orang yang anda kasihi, lengkap dengan perlengkapan dan kostum!
Menatap Bulan
Orang zaman dulu akan duduk di depan rumah sambil memandang bulan purnama. Sekarang anda bisa pergi ke taman sambil membawa tikar dan mengamati Istana Bulan di tengah taburan bintang, atau anda bisa mengunduh sebuah aplikasi yang membantu anda mengenali rasi bintang!
Pastikan juga untuk mencari Kelinci Giok, teman setia Chang’e. Legenda menceritakan tiga dewa ingin menguji karakter pada rubah, kera, dan kelinci. Dengan mengubah diri jadi pengemis yang kelaparan, mereka ingin meminta sedekah makan. Kera dan rubah punya banyak stok makanan, namun menolak untuk membagikannya kepada para pengemis. Sedangkan kelinci walau ingin membantu tapi tidak memiliki makanan lebih. Tebak apa yang dilakukannya?
Anda mungkin tidak menyangka, namun kelinci itu melemparkan dirinya ke dalam kobaran api, mengorbankan dirinya agar pengemis itu dapat memakan sesuatu. Tersentuh oleh kebaikannya, tiga dewa memberi kehidupan abadi pada kelinci ini di Istana Bulan, sebagai teman untuk Chang’e.
Ada banyak cara untuk merayakan Festival Bulan, namun tidak ada yang lebih baik merayakannya bersama keluarga, teman sambil menghabiskan kue bulan yang lezat, atau mendengarkan kisah legenda kuno ini di bawah cahaya bulan.